Nanang Suryadi, Universitas Brawijaya
Jari jemari cahaya ingin merangkummu, hingga kesedihanmu melinangkan airmata cahaya, ke mula cahaya Doa doa sunyi lebih ramai mengetuk pintu langit, tak kah terdengar? Karena rindu, menderukan doa sebagai pinta atas cinta, karena perindu tahu yang dirindu juga merindu balas Continue reading Doa Sunyi
mungkin aku mabuk arak Cintanya menjalarkan rindu menatap wajah Kekasih o engkau: rummi, rabiah, fansuri, arabi, halaz demikiankah merindu Kekasih, hingga mabuk dalam gelora Cintanya
Engkaukah yang suatu ketika mengajakku. Terbang ke langit. Hingga daging menjerit. Karena ia mencintai dunia. Walau fana. Engkaukah yang suatu ketika mengajakku. Telusuri lorong waktu. Ruang tak terhingga batasnya. Hingga daging tersayat. Melepuh di pucuk api. Engkaukah yang suatu ketika Continue reading Engkaukah
Jutaan kata melesat ke angkasa Terbang tak tentu sampai ke mana (jutaan burung kata-kata menyerbu langit mencari arah pulang menabrak mega-mega menabrak atmosfir menabrak bulan menabrak bintang menabrak nebula menabrak meteor menabrak asteroid menabrak lubang hitam) — di mana tahta Continue reading Burung Kata-Kata
senyeri dalam dadaku kekasih engkau adalah tikaman hunjaman sayatan ke dalam dadaku yang tak henti dengan segala tatap yang memporakan segala rahasia hidupku kekasih yang kau asingkan ke dunia demikian asing dan penuh goda hingga terasa sia-sia segala usia di Continue reading SEBAGAI NYERI DALAM DADA
sebagai adam yang terusir dari negeri jauh itu akupun menangis dan memohon ampun atas penzaliman diri sendiri sebagai nuh yang menangis mendoa di hujan deras meminta ampunan bagi kanaknya yang durhaka sebagai yunus yang lari dari kaumnya di perut ikan Continue reading SEBAGAI ORANG YANG MENZALIMI DIRI SENDIRI