tuan puan tersenyum di baliho dan spanduk yang terpancang di pinggir-pinggir jalan rusak parah, apakah kamu tak malu?
di jalanan serupa kubangan kerbau di waktu hujan, penuh batu dan debu di musim kemarau, masihkah akan membuatmu terus tersenyum?
terlalu banyak biaya untuk kampanye menebar janji-janji, dan jalan yang rusak parah tak juga membuatmu malu?
jalan raya adalah etalĀ ase bagi wajah kota yang membusuk, wajahmu tuan puan yang tetap tersenyum di pinggir-pinggir jalan
aku tulis sajak ini, karena aku mencintai kehidupan yang layak bagi kemanusiaan
jika tuan puan ingin mendapat keuntungan, jangan ambil dari keringat airmata rakyat yang berleleran
janganlah tuan puan perbudak manusia sewenang-wenang, menzalimi tak terperi
di sepanjang jalan kota-kota indonesia, tuan puan tersenyum, tertawa tanpa maludi sepanjang jalan indonesia tuan puan merusak pemandangan dengan wajah-wajah penuh janji palsu
di sepanjang jalan indonesia yang menghabiskan nyawa di saat mudik tiba, wajah tuan puan merajalela
apa yang harus aku katakan dengan gebalau yang menyakitkan, udara yang penuh dengan janji kepalsuan?
para penyair tak boleh lelap dalam basa basi penuh ilusi. katakan: TIDAK! pada janji politisi
aku belum lagi bisa tidur. kata-kata membandang dalam kepalaku. memburu nuraniku sendiri!
bagi tuan puan, tak perlu sajak bermetafora pintar, bahkan esai rumit panjang
bagi tuan puan, yang terpikir hanya berapa banyak prosentase keuntungan setelah menang pemilihan, karena bagi tuan puan, uang telah menjadi berhala sesembahan
hidup tak akan selamanya. kekuasaan hanya sementara. tuan puan jangan terlena!