lalu lalang di jalanan, namun hatimu bertambah sepi
karena puisi adalah kengerian-kengerian hidup, yang
tersembunyi, di palung yang arusnya memusar
siapakah yang berani bangun dengan kesadaran penuh? di
tengah hidup demikian gaduh. ah, zaratustra! jangan tertawai
pecundang ini
pada gelombang tak usai, pada badai tak lerai, tawanya
sampai